Salam


Kamis, 10 Oktober 2013

PEMBUATAN TELUR ASIN

Assalamualikum Wr. Wb.


Telur asin, tentu makanan tradisional yang sering kita dengar dan kita makan baik sebagai cemilan atau sebagai lauk tambahan. Tapi, bagaimana telur tersebut dapat terasa asin ? lantas bagaimana cara pembuatannya ? Atas landas pemikirian tersebut, membuat kami ingin tahu bagaimana caranya membuat telur asin. Pada hari sabtu tanggal 31 Agustus 2013, murid - murid KIR BIOLOGI dalam sebuah program unggulan sekolah yaitu "pembuatan telur asin" membuat beberapa telur asin, yang hasilnya djual di lingkungan sekolah Mutiara 17 Agustus.


Langkah - Langkah Pembuatan :
  1. Siapkan telur bebek yang sudah dibersihkan telebih dahulu
  2. Campur abu gosok dengan garam dengan perbandingan 2:1
  3. Aduk sampai merata, kemudian tambahkan air sampai adonan menjadi kental
  4. Masukkan telur bebek kedalam adonan dan lumuri seluruh permukaan telur dengan adonan, agar lebih mudah tambahkan sedikit abu gosok kering sebagai perekat adonan
  5. Lakukan hal yang sama pada semua telur
  6. Simpan telur yang sudah dilumuri adonan pada wadah kering dan simpan pada suhu ruangan, diamkan selama 7 hari
  7. Setelah 7 hari, telur siap dibuka dari adonan dan direbus, telur asin pun siap disantap.
Lantas bagaimana telur asin dapat terasa asin, hanya dengan ditutupi dengan adonan abu gosok dan garam? Pada telur terdapat membran atau lapisan tipis yg bersifat semi permeable. Artinya ia bisa melewatkan air/garam tetapi menahan isi telur / putih telur keluar. Peristiwa ini disebut peristiwa osmosis. Dengan Biologi semua peristiwa yang terjadi sehari - hari dapat terpecahkan dengan mudah bukan ? untuk lebih lengkapnya mengenai perisitwa osmosis dapat dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis

Hasil Percobaan :



Dan orang - orang yang berjasa dalam pembuatan telur ini antara lain :Adith Dwiesha, Bayu Krismawan, Dimas Nur Ramadhan, M. Bagaskara, Herliani Afsari, Richard Jefferson (XII IPA) juga bimbingan dari Bu Bintari Spd. Terima kasih kepada rekan - rekan yang telah meluangkan waktunya untuk pembuatan telur asin ini.

Selasa, 28 Mei 2013

Masjid Di Allianz Arena

Direncanakan Ada Masjid di Markas Bayern Munchen


bayernKeberhasilan meraih titel Bundesliga ke-23 disambut bahagia Bayern Munchen. FC Holywood mengumumkan bakal membangun mesjid di markas kebanggaannya, Stadion Allianz Arena.
Hal itu diumumkan The Bavarians melalui situs resminya. Pihak manajemen menyatakan masjid itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan tempat salat bagi pemain dan pendukung beragama Islam.
Pembangunan mesjid itu juga tak lepas dari gagasan megabintangnya, Franck Ribery. Masjid itu nantinya akan dilengkapi imam tetap, perpustakaan, dan menggelar ceramah-ceramah agama.
Klub akan membiayai 85 persen dari total anggaran proyek pembangunannya. Sisanya menjadi tanggungan pemain dan penyokong Bayern. Namun tidak disebutkan kapan pembangunan itu bakal dimulai dan berapa lama akan selesai. (dilansir dari kisahislami.com)

Fakta, Ribuan Tentara Israel Bunuh Diri

Ribuan Tentara Israel Bunuh Diri. Mengapa?


tentarayahudiRibuanTentara Israel Bunuh Diri, mengapa? Trauma akibat perang yang sudah terjadi lebih enam dekade ini membuat tentara sekutu terutama tentara Zionis Israel juga mengalami tekanan psikologis yang serius sehingga ada yang terdorong untuk bunuh diri.
Dalam satu penelitian yang dilakukan sekelompok profesor Israel dari Pusat Trauma Israel untuk Korban Kekerasan dan Perang, Universitas Tel Aviv dan Universitas Haifa yang dipimpin Dr. Avi Bleich menemukan tentara Israel mengalami tekanan emosi, gangguan psikologis dan trauma setelah berperang dengan penduduk Palestina.
“Dalam penelitian kami, prajurit Israel yang terlibat dalam operasi militer terhadap penduduk Palestina mengalami gangguan rasa bersalah, tidak senang hati, membenci diri sendiri dan menyesal karena tidak yakin apakah mereka berada di pihak yang benar.
“Meskipun penelitian ini difokuskan kepada veteran perang yang terlibat ketika Intifada kedua dan meninggalkan layanan sejak 10 tahun lalu, namun hasil wawancara yang dilakukan saya yakin tidak jauh beda dengan trauma yang dihadapi militer hari ini.
“Setelah wawancara dengan hampir 230 tentara pria dan wanita, kebanyakan merasa bersalah tentang kebenaran moral tugas mereka.
“Diperkirakan setengah dari tentara di perbatasan menyesal karena bersikap kejam terhadap warga sipil, satu per tiga dari mereka mengaku melakukan kejahatan sementara 17.4 persen menyadari tingkah laku mereka memalukan.
” Yang paling mereka kesalkan, mereka terpaksa menyerang dan membunuh warga sipil tanpa alasan yang kuat.
“Pernah seorang bekas tentara menangis sambil berkata, dia diperintahkan menangkap anak karena menginginkan informasi tentang keluarganya yang terlibat dengan Al-Qassam.
“Saat dalam tahanan, anak-anak yang baru mencapai umur delapan tahun ini memohon untuk mengasihaninya, jangan menahannya dan jangan membunuhnya,” kata Bleich.
Lanjutnya, meskipun telah lama meninggalkan Palestina, kebanyakan tentara masih trauma dan tidak mendapatkan bantuan psikologis.
“Tidak heran mengapa sejak tahun 1980 sampai hari ini ribuan tentara Israel memilih untuk bunuh diri,” katanya. (kisahislami.com)

Apa Benar Jepang, Suku Yahudi Yang Hilang?

Analisis, Benarkah Jepang Suku Yahudi yang Hilang?


JEPANGYAHUDIBenarkah Jepang suku yahudi yang hilang ya? Entahlah, Jepang, negeri yang terletak relatif jauh dari Mesir, pusat dan asal dari Kabbalah (ajaran Yahudi) memiliki keterkaitan dan bahkan diyakini masih satu hubungan darah. Bukankah orang Jepang memiliki kepercayaannya sendiri yang diberi nama Shintoisme dan orang-orang Israel juga memiliki kepercayaannya sendiri yang dinamakan Agama Yahudi dengan kitab Talmudnya?
Sebuah fakta menarik akan terkuak di sini, pertanyaan besar yang akan terjawab dari dua peneliti sejarah Jepang-Yahudi yakni Pendeta Arimasa Kubo dan Joseph Eidelberg. Kedua bangsa yang sepertinya beda, Jepang dan Yahudi, ternyata memiliki banyak kesamaan dalam tradisi kunonya.
Yang pertama bernama Arimasa Kubo. Dia merupakan orang Jepang asli yang dilahirkan di kota Itami di Hyogo tahun 1955 dan lulus dari Tokyo Bible Seminary pada tahun 1982. Di usia ke -22 tahun Arimasa Kubo telah mendapat kepercayaan untuk memimpin majalah penginjilan Remnant dan melakukan pelayanan di Gereja Tokyo selama enam tahun. Saat ini, Pendeta Arimasa Kubo memimpin Remnant Publishing dan pengajar tetap di Bible and Japan Forum.
Arimasa Kubo melakukan penelitian mendalam atas tradisi asli bangsa Jepang dan Yahudi. Dia menemukan banyak kemiripan antara keduanya hingga meyakini jika leluhur bangsa Jepang sebenarnya masih berdarah Yahudi dari suku yang hilang. Hasil penelitiannya ini dituangkan dalam banyak artikel dan buku. Salah satunya buku berjudul “Israelites Came o Ancient Japan”.
Sedangkan yang kedua, Joseph Eidelberg yang merupakan peneliti berdarah Yahudi yang menulis buku “The Biblical Hebrew Origin of the Japanese People”.
Di bawah ini Kami paparkan sebagian kecil kemiripan antara tradisi kuno bangsa Jepang dengan tradisi kuno bangsa Yahudi atau Bani Israel yang berasal dari buku Pendeta Arimasa Kubo tersebut. Salah satu kesamaan antara tradisi kuno bangsa Jepang dengan Yahudi terdapat dalam upacara tradisional. Ada sebuah festival atau upacara di Jepang yang mengilustrasikan kisah Ishaq.
Di prefektur Nagano, Jepang, terdapat sebuah kuil besar Shinto bernama “Suwa-Taisha”. Shinto sendiri merupakan agama tradisional asli Jepang yang menyembah Amaterasu, Dewa Matahari, sama seperti bangsa Mesir kuno yang menyembah Dewa Ra, Dewa Matahari.
Setiap tanggal 15 April, di Suwa-Taisha diadakan festival tradisional bernama “Ontohsai”. Festival ini menggambarkan kisah Ishaq seperti yang terdapat dalam Bab 22 Kitab Kejadian (Genesis), yaitu kisah mengenai Ibrahim yang hendak mengorbankan putranya sendiri, Ishaq. Festival “Ontohsai” ini diselenggarakan sejak zaman dahulu kala dan dianggap sebagai festival terpenting di “Suwa-Taisha”.
Di sebelah kuil “Suwa-Taisha”, ada sebuah gunung bernama Gunung Moriya (dalam bahasa Jepang disebut “Moriya-san”). Penduduk di wilayah Suwa memanggil dewa Gunung Moriya dengan sebutan “Moriya no kami”, yang berarti “dewa Moriya”. Pada festival tersebut, seorang anak laki-laki diikatkan dengan tali pada sebuah pilar kayu, lalu ditempatkan di atas tikar bambu. Seorang pendeta Shinto menghampiri sang anak sambil menyiapkan sebilah pisau. Sebelum pisau itu diayunkan, tiba-tiba datang seorang pembawa pesan yang kemudian membebaskan anak lelaki itu dari ritual korban. Hal ini tentu saja mengingatkan kita pada kisah ketika Ishaq dibebaskan setelah malaikat datang pada Ibrahim.
Ritual serupa juga terdapat dalam tradisi umat Islam yang dikenal dengan Iedul Adha, hanya dalam Islam yang akan dikorbankan oleh nabi Ibrahim adalah Ismail bukan Ishaq seperti pemahaman umat kristiani. Hanya saja, di Jepang, pada festival ini yang dikorbankan adalah 75 ekor rusa, yang satu di antaranya diyakini cacat kupingnya. Rusa ini dipercaya telah dipersiapkan oleh tuhan. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan biri-biri jantan yang dipersiapkan tuhan dan kemudian dikorbankan setelah Ishaq bebas. Namun di zaman dahulu, penduduk berpikir bahwa kebiasaan pengorbanan rusa ini adalah hal yang aneh, sebab pengorbanan binatang bukanlah sebuah tradisi Shintoisme.
Penduduk menyebut festival ini sebagai “festival untuk dewa Misakuchi”. “Misakuchi” mungkin berasal dari “mi-isaku-chi”. “Mi” berarti “besar”,“isaku” mungkin saja “Ishaq” (dalam bahasa Hebrew adalah “Yitzhak”), dan“chi” adalah sesuatu (semacam partikel-pen) yang dipakai untuk akhir suatu kata. Tampaknya penduduk Suwa menjadikan Ishaq sebagai dewa, mungkin karena pengaruh dari para kaum pagan.
Kini upacara pengorbanan anak laki-laki dan pembebasannya tersebut tak lagi dipraktekkan, tapi kita di sana masih bisa melihat pilar kayu yang disebut“oniye-basira” yang berarti “pilar pengorbanan” (sacrifice-pillar). Kini penduduk menggunakan hewan tiruan sebagai pengganti bintang asli dalam melaksanakan pengorbanan. Bagi rakyat di zaman Meiji, lebih kurang satu abad silam, mengikat seorang anak laki-laki yang diikuti dengan pengorbanan binatang dianggap sebagai perbuatan biadab, dan kebiasaan tersebut dihentikan. Tapi festival itu sendiri hingga hari itu masih berlangsung.
Upacara pengorbanan anak laki-laki tersebut dipertahankan hingga permulaan zaman Meiji. Masumi Sugae, seorang terpelajar Jepang dan pencatat perjalanan yang hidup di zaman Edo, lebih kurang dua abad silam, menuliskan catatan perjalanannya dan mencatat apa yang ia lihat di Suwa.
Catatan ini memperlihatkan keterangan detail mengenai “Ontohsai”. Catatan ini mengatakan bahwa upacara pengorbanan anak laki-laki dan pembebasannya tersebut, serta pengorbanan binatang, masih berlangsung pada zaman Sugae. Catatan Sugae ini tersimpan di museum dekat Suwa-Taisha.
Festival ini dipertahankan oleh keluarga Moriya sejak zaman dahulu kala. Keluarga Moriya berpikir bahwa “Moriya-no-kami” (dewa Moriya) adalah dewa leluhur mereka. Dan mereka berpikir bahwa “Gunung Moriya” adalah tempat suci mereka. Nama “Moriya” mungkin berasal dari “Moriah” (dalam bahasa Hebrew adalah “Moriyyah”) yang juga terdapat dalam Injil kitab Kejadian 22: 2. Keluarga Moriya menyelenggarakan festival tersebut selama 78 generasi. (kisahislami.com)

Fakta Sejarah Ummat Yahudi

Fakta Sejarah Yahudi Meminta Perlindungan Kepada Kaum Muslimin Albania





benderaisraelSekalipun Yahudi menuduh Islam sebagai agama anti semit. Sekalipun Islam dituduh sebagi agama teror nomor satu bagi Yahudi. Alangkah baiknya, mereka harus kembali membuka lembaran hitam sejarah ketertindasan mereka. Sejarah “hitam” ketika mereka justru diselamatkan oleh kaum muslim saat dikejar-kejar oleh NAZI. Islam lah yang dengan berbesar hati membuka pintu rumahnya untuk dijadikan tempat mereka bersembunyi.
Kisah ini bukanlah roman picisan belaka atau rekayasa. Fakta ini benar-benar terjadi di sebuah Negara bernama Albania. Sebuah Negara berbasis muslim yang ditandai ketika Khalifah Utsmaniyah menguasai negara itu antara tahun 1385-1912.
Dalam jejak Perang Dunia II, kisah pembantaian orang Yahudi menjadi catatan tersendiri. Mereka dikejar dan dicari oleh bala pasukan NAZI. Dalam keadaan bingung, mereka hampir putus asa, terlebih jalur pelarian menjadi satu hal yang sulit mereka perjuangkan.
Dalam keadaan bimbang, mereka bagai mendapatkan setitik cahaya. Dari informasi yang beredar, ada sebuah negara berpenduduk ramah dan baik terhadap tamu. Negara itu bernama Albania. Sebuah Negara berbasis muslim yang masuk ke teritori Eropa bagian Tenggara –yang kini- berbatasan dengan Montenegro di sebelah utara, Serbia (Kosovo) di Timur laut, Republik Makedonia di Timur, dan Yunani di Selatan.
Sekitar dua ribu orang Yahudi kemudian melarikan diri ke daerah Albania. Di sana, mereka dilindungi oleh keluarga-keluarga muslim Albania di kota Berat. Para muslim Albania mempertaruhkan nyawa guna melindungi pengungsi Yahudi yang meminta pertolongan.
Padahal menyembunyikan Yahudi risikonya sangat tinggi, karena setiap saat patroli NAZI dapat datang ke perkampungan dan menggeledah tiap isi rumah. Kalau sampai ketahuan menyembunyikan Yahudi, maka kehilangan nyawa adalah ganjarannya.
Namun menurut catatan sejarah, tidak ada satupun pengungsi Yahudi yang diserahkan oleh muslim Albania pada pihak NAZI. Dengan penuh keikhlasan dan kebesaran hati, para muslim Albania melindungi pengungsi Yahudi dengan segenap cara.
Justin Kerber, seorang Rabbi Yahudi sampai-sampai mengatakan, “Komunitas Muslim ada di antara orang-orang yang telah menghadapi resiko besar karena memberikan perlindungan pada kaum Yahudi di rumah-rumah mereka. Dan mereka melakukannya tanpa melihat latar belakang agama para Yahudi.”
Sedangkan, Dr Ghazala Hayat, seorang doktor ahli syaraf di Universitas St. Louis dan juru bicara Islamic Foundation di Greater Saint Louis mengatakan, “Anda mungkin belum pernah mendengar cerita ini, bagaimana komunitas Muslim Albania mempertaruhkan nyawa mereka sendiri untuk mengamalkan keimanan dan menghormati kehidupan yang disebut Besa,”
Besa sendiri adalah tradisi yang berakar dari Al Qur’an yang berarti “memegang janji” atau “menjaga kehormatan”. BESA juga berarti peduli pada yang membutuhkan, melindungi kaum lemah, dan menolong sesama.
Dalam upaya melindungi kaum Yahudi, para muslim Albania menganggap mereka sebagai saudara. Mereka diberikan pakaian yang sama, makanan yang sama, dan tinggal bersama-sama di rumah seperti anggota keluarga. Apabila ada patroli Jerman datang, kaum Yahudi disembunyikan di bawah tanah atau tengah hutan.
Kisah dari keluarga Kasem Kocerri, yang didatangi serombongan patroli NAZI pada awal 1944, menarik untuk dicermati. Saat itu, tentara NAZI menanyakan di mana para pengungsi Yahudi bersembunyi. Tapi Kasem menolak untuk memberitahu. Diam-diam, ia menyembunyikan keluarga Yahudi di salah satu gudang di atas bukit.
Keluarga Halil Frasheri menceritakan pengalamannya yang mencekam saat patroli NAZI menggeledah rumah ke rumah. Ia, melalui pintu belakang, mengajak keluarga Yahudi yang bersembunyi di rumahnya, untuk lari ke dalam hutan.
Namun kisah fenomenal di atas itu semua, terjadi ketika Yahudi mengalami berbagai kekejaman di Eropa. Namun berbeda ketika kaum Yahudi hidup wilayah Kekhilafahan Utsmani. Selama ratusan tahun mereka tinggal dalam teritori Utsmani, mereka menikmati kebebasan menjalankan agama dan berbagai perlindungan sebagai kaum minoritas atau ahlud dimah. Selama itu, kaum Yahudi tidak berfikir untuk berpisah dari Utsmani.
Kondisi Yahudi di Utsmani itu begitu bertolak belakang dengan perlakuan yang diterima Yahudi di dataran Eropa ketika Kristen berkuasa sehingga mereka harus mengungsi besar-besaran, terutama ke wilayah Utsmani. Padahal ketika Spanyol berada di bawah pemerintahan Islam, kaum Yahudi mendapat perlakuan yang baik.
Oleh karenanya, Martin Gilbert, dalam Atlas of Jewish Civilization  mencatat bagaimana kebijaksanaan penguasa muslim Spanyol terhadap Yahudi. Dia katakan bahwa penguasa muslim juga memperkejakan sarjana Yahudi sebagai kecintaan mereka terhadap Sains dan ilmu pengetahuan.(kisahislami.com)